Di antara tanda-tanda akan datangnya kiamat ialah apabila orang-orang yang hina dan rendah diberi kedudukan yang tinggi melebihi orang-orang yang baik-baik. Sehingga urusan masyarakat berada di tangan orang-orang bodoh dan hina serta tidak baik. Ini merupakan kondisi yang terbalik dari hakikat yang sebenarnya dan keadaan yang sudah berubah. Kondisi seperti ini dapat disaksikan pada masa sekarang ini.
Maka Anda dapat melihat betapa banyaknya pemimpin manusia dan penentu kebijakan adalah orang-orang yang sedikit sekali kebaikan dan pengetahuannya. Padahal, seharusnya yang menduduki posisi seperti itu adalah orang-orang yang mengerti agama dan bertaqwa, karena mereka inilah yang seharusnya didahulukan daripada orang lain dalam memegang kendali urusan masyarakat. Sebab, orang yang paling utama dan paling mulia ialah orang-orang yang mengerti agama dan bertaqwa, sebagaimana firman Allah.
“Artinya : Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa” [Al-Hujarata : 13]
Karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah memberikan kekuasaan untuk memegang urusan masyarakat kecuali kepada orang yang paling baik dan paling mengerti, demikian pula khalifah beliau. Contoh-contoh mengenai hal ini banyak sekali. Antara lain, seperti yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Hudzaifah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada penduduk Najran.
“Artinya : ‘Sungguh aku akan mengirim kepada kalian orang kepercayaan yang betul-betul dapat dipercaya’. Lalu para sahabat merasa bahwa ini adalah suatu masalah yang luhur, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Abu Ubaidah” [Shahih Bukhari, Kitab Akhbarul Aahad. Bab Maa Jaa-a Fii Ijaazati Khabaril Waahid Ash-Shaadiq 13 : 232]
Dibawah ini kami kemukakan beberapa buah hadits yang menunjukkan akan diangkat orang-orang hina untuk menduduki jabatan-jabatan penting, dan ini merupakan sebagian dari tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat. Antara lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, katanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Sesungguhnya akan datang tahun-tahun yang penuh tipu daya, pada waktu itu pembohong dibenarkan dan orang jujur dianggap pendusta, pengkhianat diserahi amanat dan orang kepercayaan dituduh penghianat, dan Ruwaibidhah berkata seenaknya (menyampaikan kebijaksanaan-kebijaksanaannya)’. Para sahabat bertanya, “Apakah Ruwaibidhah itu ?” Beliau menjawab : “Orang bodoh yang berbicara tentang urusan masyarakat umum”[Musnad Imam Ahmad 15: 37-38 dengan syarah dan ta’liq Ahmad Syakir, beliau berkata, “Isnadnya hasan dan matannya shahih”. Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah isnad yang bagus, tetapi mereka (para ulama hadits selain Imam Ahmad) tidak meriwayatkannya dari jalan ini”. Vide : An-Nihayah Fi Al-Fitan I : 181 dengan tahqiq DR Thaha Zain]
Dan dalam hadits Jibril yang panjang, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Tetapi akan saya ceritakan kepadamu tentang tanda-tandanya, yaitu … dan apabila orang-orang yang dahulu telanjang (pakaiannya compang-camping) dan berkaki telanjang lantas menjadi pemimpin manusia. Maka itulah di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat” [Shahih Muslim, Kitab Al-Iman, Bab Bayan Al-Iman wa Al-Islam wa Al-Ihsan 1 : 163]
Dan diriwayatkan dari Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Diantara tanda-tanda telah dekatnya hari Kiamat ialah dunia akan dikuasai oleh Luka bin Luka (orang yang bodoh dan hina). Maka sebaik-baik manusia pada hari itu ialah orang yang beriman yang diapit oleh dua orang mulia”[Al-Haitsami berkata, “Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Al-Ausath dengan dua sanad, dan perawi-perawi salah satu sanadnya adalah perawi-perawi kepercayaan” Majma’uz Zawaid 7 : 325]
Dan dalam shahih Bukhari disebutkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Apabila suatu urusan telah diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka nantikanlah datangnya kiamat” [Shahih Bukhari, Kitab Ar-Raqaiq, Bab Raf’il Amanah 11 : 332]
Dan diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata.
“Diantara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah … keluarga rumah tangga yang rendah akan mengungguli keluarga rumah tangga yang baik-baik. Benarkah demikian, wahai Abdullah Mas’ud? Adakah anda mendengarnya dari kekasihku?” Ibnu Mas’ud menjawab, “Benar, demi Tuhan pemilik Ka’bah”. Kami bertanya, “Apakah At-Tuhuut itu?”. Beliau menjawab, “orang-orang yang rendah dan keluarga rumah yang hina, dianngkat kedudukannya melebihi orang-orang yang baik-baik. Dan ‘al-wuluul’ ialah keluarga rumah tangga yang baik-baik” [Majma’uz Zawaid 7 : 327, Al-Haitsami berkata, “Hadits Abu Hurairah itu sendiri tersebut dalam kitab Shahih sebagiannya, dan perawi-perawinya adalah perawi-perawi shahih kecuali Muhammad bin Al-Harits bin Sufyan, dan dia itu kepercayaan”. Al-Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan di dalam Fathul Bari 13 : 15 dari riwayat Thabrani dalam Al-Ausath dari Abu Hurairah]
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulllah Shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Tidak akan lenyap dunia sehingga ia menjadi milik Luka [1] bin Luka” [Musnad Ahamad 16 284 dengan syarah dan ta’liq Ahmad Syakir, Beliau berkata, “Diriwayatkan oleh As-Suyuthi dalam Al-Jami’ush Shagir dan beliau menandainya sebagai hadits Hasan”, Al-Jami’ush Shagir 2 : 200 dengan catatan kaki Kunuzul-Haqaiq oleh Al-Munawi, Al-Haitami berkata, “perawi-perawi Ahmad adalah perawi-perawi shahih kecuali Kamil bin Al-Ala, dan dia itu kepercayaan”. Lihat : Majma’uz Zawaid 7 : 220. Ibnu Katsir berkata, “Isnadnya bagus dan kuat”. An-Nihayah Fii Al-Fitan 1 : 181 dengan tahqiq DR Thaha Zaini, dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir 5 : 392 hadits no. 7149]
Maksudnya, sehingga kenikmatan dan kelezatan dunia serta posisi terhormat yang ada di dalamnya adalah untuknya, [Vide : Faidhul Qadir Syarah Al-Jami’ush Shagir 5 : 394 oleh Abdur Ra’uf Al-Munawi]
Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa allam bersabda.
“Artinya : Tidak akan datang kiamat sehingga orang yang paling bahagia dengan kehidupan dunia adalah Luka bin Luka (orang bodoh dan hina)” [Musnad Imam Ahmad 5 : 389 dengan catatan pinggir Muntakhab Kanzul Ummal, dan As-Suyuthi menandainya di dalam Al-Jami Ash-Shaghir sebagai hadits Shahih 2 : 220 dengan catatan kaki Kunuzul Haqaia oleh Al-Munawi. Al-Albani berkata “Shahih”. Periksa Shahih Al-Jami Ash-Shaghir 6 : 177, hadits nomor 7308]
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Hudzaifah mengenai hadits yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang akan lenyapnya amanat, sebagai berikut.
“Artinya : …… sehingga dikatakan untuk seseorang : ‘Alangkah sabarnya, alangkah cermatnya, alangkah pandainya, padahal di dalam hatinya tidak ada iman meskipun hanya seberat biji sawi” [Shahih Bukhari, Kitab Ar-Riqaq, Bab Raf’il Amanah 11 : 333, dan shahih Muslim, Kitab Al-Iman, Bab Raf’il Amanah wal Iman min Ba’dhil Qulub 2 : 167-170]
Ini sudah terjadi di kalangan kaum muslimin pada masa sekarang ini. Mereka mengatakan terhadap seseorang “ Alangklah pandainya, alangkah bagusnya budi pekertinya …” dan mereka sifati dengan sifat-sifat yang sangat baik, padahal dia adalah orang yang sangat durhaka, sedikit sekali pengetahuan dan penerapan agamanya, serta sangat minim amanahnya. Bahkah kadang-kadang dia malah memusuhi kaum muslimin dan berusaha hendak menghancurkan Islam. Fa laa haula wa laa quwwata illa billahil aliyyil azhim.Disalin dari buku Asyratus Sa’ah. Fasal Tanda-Tanda Kiamat Kecil oleh Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil MA, edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat, terbitan Pustaka Mantiq, penerjemah Drs As’ad Yasin dan Drs Zaini Munir Fadholi]
_________
Nota Kaki
[1].
Luka’ menurut bangsa Arab ialah budak, kemudian kata ini digunakan untuk menunjukkan kebodohan dan kehinaan, yaitu orang yang hina dan tercela. Kadang-kadang kata Luka’ ini digunakan untuk anak kecil. Jika kata Luka’ ini digunakan untuk orang dewasa maka yang dimaksud ialah orang yang kecil ilmu dan akalnya. (lihat An-Nihayah Fii Gharibil Hadits 4 : 268]. (Sumber: Al-Manhaj)